SOLOK | Kesadaran menjaga keutuhan bangsa di tengah keberagaman terus digaungkan berbagai tokoh masyarakat di Sumatra Barat. Salah satunya datang dari Ketua Yayasan Sabilul Haq Solok, Ustadz Rasyid Al-Jundi, yang kembali menegaskan pentingnya merawat toleransi sebagai fondasi utama persaudaraan dan persatuan.
Dalam ceramah dan berbagai kegiatan keagamaan yang digelarnya, Ustadz Rasyid menyampaikan bahwa masyarakat Sumbar memiliki kekayaan budaya, suku, dan agama yang seharusnya menjadi kekuatan bersama. Menurutnya, setiap individu adalah aktor kerukunan yang memiliki peran besar dalam menolak berbagai paham intoleran dan radikal yang mencoba merusak keharmonisan daerah.
“Dengan semangat kebersamaan tersebut diharapkan dapat mencegah berkembangnya paham-paham radikal dan intoleran yang dapat mengganggu stabilitas kamtibmas di wilayah Sumbar,” ujarnya dengan penuh penekanan.
Ia menjelaskan, penyebaran paham intoleran dan radikal selalu menyasar masyarakat yang kurang memiliki pemahaman kebangsaan. Karena itu, kolaborasi antar tokoh agama, pemerintah, pendidikan, dan masyarakat dinilai menjadi kunci dalam membentengi diri dari pengaruh negatif tersebut.
Ustadz Rasyid juga menegaskan bahwa pemahaman intoleran maupun radikalisme jelas bertentangan dengan ajaran Islam. “Kami selalu mengajak para jemaah maupun peserta didik untuk tegas menolak paham intoleran, radikalisme, dan terorisme. Paham-paham itu sangat bertentangan dengan ajaran Islam,” katanya.
Ia mengajak umat Islam di Ranah Minang untuk terus memelihara kebersamaan, menjaga persatuan, serta tidak memberikan ruang bagi ajaran yang dapat merusak bangsa. Menurutnya, paham yang mendorong permusuhan, kebencian, ataupun kekerasan sama sekali tidak sesuai dengan nilai-nilai agama.
“Paham intoleran, terorisme, dan radikalisme merupakan sesuatu yang tidak baik bagi bangsa dan negara ini. Paham seperti ini sangat dilarang agama kita,” tuturnya sambil mengajak masyarakat mempertahankan perjuangan bangsa demi kehidupan yang lebih baik.
Dalam pandangannya, Islam tidak mengajarkan kekerasan dalam bentuk apa pun, baik fisik maupun verbal. Tidak ada ajaran Islam yang membenarkan seseorang menyakiti orang lain, termasuk merendahkan martabat, menghina, atau menebar kebencian.
“Di dalam Islam tidak layak seorang muslim sejati mengucilkan atau memandang sebelah mata ajaran Rasulullah yang menebarkan kasih sayang. Islam itu sempurna, terutama dalam urusan hubungan antar manusia. Harus saling menghargai, menyayangi, serta bertoleransi,” jelasnya.
Ia pun menambahkan bahwa para pendakwah memiliki tanggung jawab moral untuk memberikan pesan kebaikan dan wawasan kebangsaan. Dalam berbagai kesempatan, ia kini semakin intens membekali para santri dan masyarakat dengan materi cinta tanah air.
Menurutnya, wawasan kebangsaan sangat penting untuk memperkuat karakter generasi muda, terutama generasi Z dan Alfa yang rentan terpapar informasi instan tanpa filter. Pembekalan itu diyakini dapat membentuk integritas serta menumbuhkan rasa cinta tanah air.
“Pembekalan ini akan menambah pengetahuan santri terhadap wawasan kebangsaan. Dari situ integritas santri akan terbentuk, terutama juga untuk menumbuhkan perasaan cinta tanah air,” tutupnya.
Catatan Redaksi:
Tulisan ini merupakan rangkaian edukasi publik mengenai upaya pencegahan paham intoleran di wilayah Sumatra Barat.
TIM RMO








