Hujan Ekstrem Picu Longsor Beruntun, Gubernur Sumbar Gerak Cepat di Padang Pariaman

Berita54 Dilihat

Padang Pariaman | Dini hari di Nagari KKS, Kecamatan Petamuan, berubah menjadi kepanikan ketika hujan yang tak henti-henti mengguyur Padang Pariaman kembali memicu bencana. Sekitar pukul 03.00 WIB, suara gemuruh dari arah perbukitan membuat warga terjaga. Belum sempat menenangkan diri, satu jam kemudian tanah kembali bergeser, memicu longsor kedua yang memperparah kondisi.

“Suaronyo mencekam, kamipun langsung bangun,” tutur seorang warga yang masih tampak cemas, mengingat detik-detik ketika tanah seolah merayap menuruni lereng.Kabar longsor itu segera diterima posko tanggap darurat. Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi, yang saat itu dalam perjalanan menuju Malalak untuk meninjau longsor lain di Kabupaten Agam, langsung memerintahkan tim bergerak ke Nagari KKS. Tanpa menunggu laporan tertulis, ia mempercepat perjalanan dan tancap gas menuju lokasi.

Sesampainya di sana, Mahyeldi langsung bergabung dengan Wali Nagari KKS Khairunas, Camat Petamuan, serta aparat terkait. Mereka meninjau dua titik longsor yang menimbun badan jalan. Tak sekadar memantau, sang gubernur ikut turun tangan membantu membersihkan tanah yang menutup akses warga. Di sekelilingnya, masyarakat yang sejak subuh sudah berkubang lumpur terus berjuang membuka jalan penghubung antarjorong.

Wali Nagari Khairunas menyampaikan apresiasi atas tindakan cepat tersebut. “Terima kasih atas kehadiran Bapak Gubernur dan rombongan. Ini menjadi penguat bagi kami di tengah situasi darurat,” ujarnya.

Sementara itu, Kasat Pol PP Damkar Padang Pariaman Rifki Monrizal mengerahkan empat armada damkar untuk menghancurkan material tebal yang menumpuk seperti tembok di tengah jalan. Kondisi medan yang licin, becek, dan minim penerangan membuat petugas harus ekstra berhatihati. Setiap ayunan alat, setiap gerakan mesin, dilakukan penuh kewaspadaan.

Upaya kolaboratif ini perlahan membuahkan hasil. Walau sebagian material masih dalam proses pembersihan, akses jalan kini mulai dibuka dengan sistem buka–tutup. Pengendara diimbau tetap waspada karena struktur tanah yang labil masih berpotensi bergerak, terutama jika hujan kembali turun.

Peristiwa dini hari itu menjadi pengingat keras bahwa curah hujan ekstrem di kawasan perbukitan Padang Pariaman bukan lagi ancaman musiman. Ia telah menjadi risiko nyata yang menuntut respons cepat, koordinasi kuat, dan kesiapsiagaan yang tidak boleh kendor—bahkan sedetik pun.

 

Catatan Redaksi

Intensitas hujan yang meningkat di wilayah Sumatera Barat perlu mendapat perhatian serius dari seluruh pemangku kebijakan dan masyarakat. Mitigasi, peringatan dini, serta pemetaan titik rawan harus diperkuat agar kejadian serupa tidak menimbulkan korban jiwa maupun kerusakan yang lebih besar pada masa mendatang.

Jeff

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *