Parik Malintang, Jurnalisnusantarasatu.com |
Suasana haru bercampur bahagia menyelimuti halaman Masjid Raya IKK Parit Malintang, Sabtu (18/10/2025), ketika ribuan warga dari berbagai pelosok Padang Pariaman tumpah ruah mengikuti puncak peringatan Mauluik Gadang 2025. Kemeriahan acara yang berlangsung selama tiga hari itu mencapai puncaknya dengan prosesi arak-arakan bungo lado, jamba, dan lamang, yang memeriahkan jalanan sekitar masjid sejak pagi hari.Warna-warni hiasan jamba, denting rebana, dan lantunan shalawat menciptakan suasana religius yang hangat—sebuah potret kebersamaan dan kekuatan budaya yang masih hidup di tengah masyarakat Minangkabau.
Puncak kegiatan ditutup dengan tradisi makan bajamba, simbol gotong royong dan persaudaraan yang telah diwariskan turun-temurun oleh nenek moyang masyarakat Padang Pariaman.
Bupati John Kenedy Azis: Refleksi Keagamaan dan Warisan Budaya
Bupati Padang Pariaman John Kenedy Azis, yang hadir sekaligus menutup secara resmi rangkaian kegiatan, tampak haru dan bangga menyaksikan antusiasme masyarakat. Ia menilai, Mauluik Gadang tahun ini menjadi bukti bahwa nilai-nilai keagamaan dan budaya bisa berpadu indah dalam satu perayaan.
“Ini adalah peringatan Mauluik Gadang pertama yang kita selenggarakan di tingkat kabupaten. Melihat antusiasme masyarakat yang luar biasa, insya Allah tahun depan kegiatan ini akan kita jadikan agenda tahunan, dengan kemasan yang lebih baik dan tetap menjaga makna religiusnya, yaitu merefleksikan kelahiran Nabi Muhammad SAW,” ujar Bupati penuh semangat.
Dalam sambutannya, Bupati juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat, terutama kepada kaum ibu yang menyiapkan jamba dan lamang, para donatur dan tokoh masyarakat, serta alim ulama dan panitia pelaksana.
“Tanpa kebersamaan dan semangat gotong royong kita semua, kegiatan ini tidak akan berjalan semeriah ini. Saya juga mohon maaf bila ada kekurangan selama pelaksanaan,” ucapnya tulus.
Tradisi Hidup yang Menghidupkan
Rangkaian kegiatan Mauluik Gadang Padang Pariaman 2025 diwarnai berbagai acara tradisional seperti badikia, shalawat dulang, dan arak-arakan bungo lado. Setiap rangkaian tak sekadar tontonan, tetapi sarat makna: mengingatkan masyarakat akan pentingnya meneladani akhlak Rasulullah SAW sekaligus menjaga kearifan lokal.
Bagi masyarakat Padang Pariaman, Mauluik Gadang bukan sekadar perayaan kelahiran Nabi, melainkan juga manifestasi identitas dan jati diri daerah—menghidupkan nilai-nilai religius, gotong royong, dan rasa syukur kepada Sang Pencipta.
“Kita ingin Mauluik Gadang ini tidak sekadar seremoni, tapi menjadi warisan kebanggaan kita bersama. Warisan budaya yang menghidupkan nilai-nilai keagamaan, kebersamaan, dan kecintaan pada tradisi daerah,” tutup Bupati John Kenedy Azis.
Kemeriahan yang berpadu dengan nilai spiritual ini menjadi penanda, bahwa Padang Pariaman bukan hanya kaya akan tradisi, tetapi juga berkomitmen menjaga warisan budaya takbenda Indonesia agar tetap hidup di tengah zaman modern.
Catatan Redaksi:
Tulisan ini menggambarkan semangat pelestarian tradisi Mauluik Gadang di Padang Pariaman sebagai bagian dari upaya Pemerintah Daerah memperkuat identitas budaya dan nilai religius masyarakat di era modern.
(Kominfo | Jeff)